Belum Ada Patokan Harga Susu Nasional

Belum adanya regulasi sebagai payung hukum untuk menentukan patokan harga secara nasional, menyebabkan perbedaan harga susu di sejumlah daerah. Harga susu di Jawa Barat, berbeda dengan di jawa Tengah maupun di Jawa Timur.

Kepala seksi Iklim Usaha Direktorat Industri Minuman dan Tembakau Dirjen Industri Agro Kementrian Perindustrian, Riris Marito, mengatakan, persoalan tersebut yang kini sedang dibahas dan dicarikan masukan untuk diserahkan kepada Kementerian Perindustrian. “Secara nasional patokan harga itu memang dibutuhkan,” kata Riris, usai Rakor Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Susu (IPS) di Malang, Rabu (22/6) kemarin.

Di sisi lain, problem yang dihadapi industri persusuan adalah menyangkut tingginya impor susu hingga 70 % dibandingkan produksi susu nasional yang hanya sebesar 30 %. Rata-rata produksi susu nasional mencapai 1,8 juta ton perhari. “Untuk mengatasi permasalahan tersebut, memacu peningkatan produksi dan kemampuan daya saing adalah jalan satu-satunya,” katanya.

Sejauh ini, diakui Riris, IPS sudah memberikan subsidi kepada KUD terkait biaya untuk transportasi. Mengingat tidak sedikit diantara KUD yang ada lokasinya relatif jauh dengan tempat IPS.

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Dinkop dan UMKM) Jawa Timur siap memfasilitasi pemberdayaan 30 koperasi berbasis usaha susu dengan mengembangkan sentra sapi perah ke wilayah Kab. Tulungagung, Kab. Ponorogo, dan Kab. Trenggalek.

Langkah tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan peran koperasi susu di Jatim, agar mampu memasok kebutuhan industri pengolah susu milik PT Nestle Indonesia (Nestle) yang kini mencapai satu juta liter susu segar per hari. Sementara kemampuan pasok 30 koperasi susu di Jawa Timur baru mencapai 650 ribu liter/hari.

Kepala Dinkop dan UMKM Jatim Fattah Jassin mengatakan koperasi berbasis usaha sapi perah di provinsi tersebut berpeluang untuk meningkatkan produksi susu segar, karena Nestle telah berkomitmen guna mengatasi kekurangan bahan baku dengan menyerap susu lokal.

Sementara itu Kepala Dinas Peternakan Jatim, Suparwoko, menyebut Jatim masih butuh 30 ribu ekor sapi perah lagi. Produksi yang selama ini dihasilkan kurang mencukupi untuk kebutuhan konsumsi. “Sebanyak 700 ton susu digunakan untuk kebutuhan masyarakat, sedangkan 500 ton lainnya dipasok kepada industri pengolah susu,” ujarnya.

Menurut dia, kebutuhan susu untuk masyarakat dan industri pengolahan di Jatim masih sangat tinggi. Kebutuhan tersebut mencapai 2.000 ton lebih perhari. Sementara yang diproduksi hanya mencapai 1.200 ton per hari. bi, m27

Sumber : surabayapost.co.id
Sumber ilustrasi Foto : Google.com


JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :



Dikirim oleh Roedy pada 07.21. dan Dikategorikan pada , , , . Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas

PENGUNJUNG ONLINE


Bagi temen-temen yang ingin berpartisipasi dalam mengisi blog ini caranya gampang, tinggal kirim Datadiri Anda ke lintas@ymail.com.

Bagi temen - temen yang menginginkan wilayahnya mempunyai blog tersendiri, kami akan membuatkan blog sesuai nama daerah temen tinggal, asal temen - temen bersedia untuk mengisi blog yang temen minta.

Setiap Kontribusi akan sangat bermanfaat bagi kemajuan daerah kita, termasuk generasi saat ini dan yang akan datang.

Bila tulisan yang di kirim mengambil dari sumber lain, Jangan lupa sebutkan sumber tulisan secara lengkap berikut link asal tulisan tersebut.

Tulisan tidak berbau sara, hasutan, mengadu domba, maupun ponografi. Seluruh isi tulisan menjadi tanggung jawab sepenuhnya pengirim. blog ini hanya sebagai sarana untuk menyebarkan isi tulisan.

2010 Lintas PONOROGO. All Rights Reserved. - Designed by Lintas ponorogo