Pelajar Ponorogo Raih Juara Pertama Nasional
Pendidikan, Ponorogo, Tokoh 06.23

Hebatnya, kesuksesan ini hanya berbekal memanfaatkan limbah yang melimpah ruah di seputaran Ponorogo. Yakni, mengolah Pelet ODES (Onggok, Udang dan Tetes) menjadi alternatif pakan yang bisa meningkatkan pertumbuhan berat Ayam Broiler. Penelitian ini berhasil menggeser sebanyak 117 makalah se-Indonesia lainnya hingga mengantarkan tim SMAN 3 Ponorogo menjadi jawara di tingkat nasional. Bagaimana ceritanya?
Wajah sumringah ditunjukkan Dian Aulia, Tutfatul Kholifah dan Anugerah Tamam B, Jum’at (18/11). Maklum saja, tiga siswa jurusan IPA SMAN 3 Ponorogo ini baru saja menyabet prestasi membanggakan. Tak tanggung-tanggung siswa yang duduk di kelas XII tergabung dalam satu tim karya tulis ilmiah ini membawa harum nama sekolah di level nasional. Yakni, menjadi juara 1 LKTI Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro.
Prestasi ini pun seakan menjadi kado manis SMAN 3 Ponorogo terhadap bangsa. Sebab pengumumannya bertepatan dengan peringatan hari pahlawan tanggal 10 Nopember 2011 lalu. Berkat prestasinya tersebut mendapatkan hadiah sebesar lima juta rupiah, serta mendapatkan trophy dari menteri pertanian, piagam penghargaan, bebas tes masuk di Fakultas Peternakan Undip dan souvenir.
Tim dari SMAN 3 Ponorogo yang diketuai oleh Tutfatul Kholifah itu mengaku sangat senang dan tidak menyangka akan menang. “Sangat terharu. Kami tidak menyangka bahwa kami yang menang. Ini semua berkat kerja keras dan doa,” tutur Tutfatul ditemani Dian dan Anugerah kepada pewarta HOKI.
Ia menuturkan, dalam lomba itu timnya menyajikan makalah yang berjudul ‘Pelet Odes (Onggok, Udang dan Tetes) sebagai Pakan Alternatif yang Berpotensi Daya Saing Guna Meningkatkan Pertumbuhan Berat Ayam Broiler’.
Menurutnya, penelitiannya ini terinspirasi dari melimpahnya limbah di Ponorogo serta mahalnya bahan makanan untuk ternak khususnya ayam broiler. “Ide awal kami sederhana. Melihat permasalahan para peternak ayam broiler yang kelimpungan dengan mahalnya harga bekatul dan adanya sampah yang melimpah ruah,” katanya.
Setelah diteliti dan dilakukan uji laboratorium, pihaknya menemukan ada potensi yang luar biasa dalam ODES sebagai alternatif pakan.
“Di dalamnya ternyata mengandung nilai gizi yang komplek dan pengaruhnya lebih tinggi dari pada bekatul,” bebernya.
Ketiga siswa ini pun mengaku harus bekerja ekstra untuk membuktikan penemuannya ini. Hebatnya hanya kurang dari satu bulan, Trio Peneliti ini mampu menemukan hasilnya.
“Kami menguji coba langsung. Membuat sample bagaimana perkembangan berat ayam selama beberapa minggu dikasih makan bekatul dan pur serta dibandingkan ayam yang diberi makan ades,” urainya.
Setelah diteliti selama tiga minggu percobaan ternyata ada pengaruh yang signifikan. Mencengangkan, rata-rata pengaruh kenaikan untuk bekatul 2,7 gram, pur 26,7 gram dan odes sebanyak 8,9 gram.
“Jadi odes ini walaupun dari olahan sampah yang murah dan mudah didapat, nyatanya memberikan pengaruh lebih bagus terhadap peningkatan berat Ayam Broiler,” sebutnya.
Ia berharap hasil penelitannya ini mampu memberikan solusi terhadap permasalahan peternak di Ponorogo dan Indonesia selama ini. Sebab peternak bisa menghemat sekitar 50 persen dari bahan makanan utama berupa bekatul dan pur.
“Bayangkan saja, satu kilogram Ades hanya sekitar Rp 2250/kilogram. Sedangkan katul Rp 3500/kg dan pur Rp 6500/kg. Petani bisa menekan pengeluaran hampir lima puluh persen untuk pakan, namun mendapatkan kualitas yang luar biasa,” akunya.
Prestasi ini tidak lepas dari guru pembimbing yang setia memberikan arahan setiap saat. Yakni dilakukan secara komprehensif oleh Sri Hayati, S.Pd pembina KIR sekolah setempat. Sri, panggilan akrabnya, mengakui karya tulis ilmiah anak didiknya ini memang layak menjadi yang terbaik. Sebab, didukung beberapa faktor yang mendukung dan nyata hasilnya. Diantaranya, dari analisa penelitian yang luar biasa lengkap, pemilihan judul yang sesuai, uji laboratorium yang intensif serta memanfaatkan kekayaan alam. “Jadi memang layak bila dihadiahi juara 1 nasional,” akunya.
Raihan prestasi bidang karya tulis ilmiah ini melengkapi berbagai raihan juara di bidang yang sama. Sebab, SMAN 3 Ponorogo selama setahun ini sudah mampu memboyong 5 piala di bidang yang sama diberbagai kejuaraan.
“Khusus tahun ini yang kelima. Kelompok yang ketiga dengan makalah yang berbeda,” tandasnya.
Keunggulan di bidang karya tulis ini lah mengapa tidak salah kalau menasbihkan bahwa SMAN 3 Ponorogo sebagai jagonya karya tulis. Ini didukung prinsip yang selalu diemban Sri Hayati, S.Pd ketika membimbing siswanya. Guru mata pelajaran Biologi ini mengaku selain rutin memberi bimbingan diwaktu senggang juga menerapkan dua prinsip.
“Yakni, menjadi pembina itu harus ikhlas menyampaikan dan membantu demi keberhasilan anak. Disamping itu kami terus memberikan motivasi terhadap anak sehingga mereka betul-betul berlatih, disiplin dan memiliki semangat yang tinggi,” tukasnya.
Sumber : Kabarindonesia.com
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
