KISAH SUKSES BAPAK SUNARYO DARI PONOROGO.


Sunaryo ialah seorang Gold Entrepreneur sukses Duta Business School dari Ponorogo,lawa Timur. Pria yang mempunyai penghasilan 40-50 juta per bulan dari DBS ini lahir di Ponorogo, pada 22 Mei 1967. Sebelum meniti kesuksesannya di DBS, awalnya Sunaryo hanya seorang pembantu rumah tangga yang kemudian berubah profesi menjadi pedagang mie ayam dan nasi goreng. Kadang-­kadang, ia juga terpaksa kerja serabutan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena kehidupan ekonomi yang sulit ini pula Sunaryo hanya dapat mengenyam pendidikan sampai Kelas II SMP. Pada tahun 1984, berbekal ijazah SD, Sunaryo hijrah ke Jakarta untuk mengadu nasib. Tetapi, harapannya mencari nafkah di ibu kota tidak seperti yang ia bayangkan. Ia harus melalui kehidupan yang begitu keras di kota metropolitan itu. Dua bulan pertama datang ke Jakarta, Sunaryo bekerja sebagai pembantu rumah tangga di beberapa daerah di Jakarta, di antaranya: Bukit Duri, Pancoran, Matraman, dan Salemba. Berharap mendapat penghasilan yang lebih, ia pun beralih menjadi tukang bangunan selama satu tahun di Jakarta. Namun, pada 1988, Sunaryo hijrah ke Bandung karena merasa tidak betah dengan suasana Jakarta dengan penghasilan yang tidak kunjung bertambah.

Keinginannya untuk tidak bekerja kepada orang lain, tepatnya di daerah Cicadas, Sunaryo mencoba bisnis berdagang. Ia memulainya dengan berdagang bubur ayam, tetapi tidak bertahan lama. Saat kegagalan datang menghampiri, Sunaryo kemudian ditemui Suroto Zaffirt, temannya sesama pedagang. Saat itu, tepatnya tahun 1990, Sunaryo mendapat tawaran bisnis networking dari Suroto. Karena ingin menghargai seorang teman, Sunaryo akhirnya ikut bisnis yang ditawarkan Suroto. Namun, Sunaryo gagal dalam menjalankan bisnis networking ini. Sejak itu, Sunaryo tidak percaya terhadap bisnis networking lagi. Iapun terus mencoba mencari pekerjaan untuk membiayai”hidupnya. Namun, tidak ada satu pun pekerjaan yang ia dapat. Akhirnya, Sunaryo melanjutkan bisnis berdagangnya dengan berjualan nasi goreng. Disela-sela kegiatannya berdagang, ia pun menyempatkan diri untuk bekerja sebagai kuli bangunan sebagai penghasilan tambahan.

Tahun 2008, Sunaryo kembali diajak Suroto yang saat ini telah menjadi salah satu top member DBS untuk kembali menawarkan bisnis marketing plan yang berbeda. Pengalaman masa lalunya yang gagal dalam menjalankan bisnis networking membuat Sunaryo sedikit merasa berat untuk kembali bergabung. Tetapi, penghasilan Suroto dari DBS yang terbilang lumayan saat itu telah mendorongnya untuk kembali mencoba menjalankan bisnis DBS. Pada awal bergabung 28 Desember 2008 lalu, Sunaryo tidak mendapat buku panduan, sehingga mengharuskan ia mengembangkan jaringannya secara mandiri. Dua bulan pertama bergabung, Sunaryo belum berhasil mengajak satu pun orang untuk bergabung dalam bisnis ini. Namun, setelah mempelajari sistem DBS secara saksama, Sunaryo akhirnya dapat mengajak seorang teman yang tidak lain adalah tetangganya sendiri untuk bergabung. Itu pun dengan perjuangan yang sangat luar biasa.

Pertama kali mengembangkan jaringan, Sunaryo mengalami berbagai cobaan. Ia pernah ditagih oleh orang yang pertama kalinya diajak bergabung untuk mengembalikan kembali modalnya. Atas petunjuk Suroto, untuk memenuhi tagihannya itu, Sunaryo disarankan menjalankan bisnis ini terlebih dahulu sampai mendapatkan penghasilan. Sungguh pengalaman yang tidak terlupakan, sebab Sunaryo benar-benar merasakan perjuangan yang keras dalam menjalankan bisnis ini, apalagi jika teringat harus mengembalikan modal orang lain. Tak disangka, Sunaryo mendapat komisi sebanyak 500 ribu rupiah per minggu setelah dua bulan bergabung. Sunaryo sangat mensyukurinya, walaupun sebenarnya masih belum seberapa dibandingkan penghasilan yang is dapatkan saat ini. Dalam perjalanannya menjalankan bisnis ini, Sunaryo bekerjasama dengan sang istri, E. Suryati, yang juga ikut bergabung dalam bisnis DBS, selang dua bulan setelah dirinya bergabung. Berdua saling bahu-membahu membangun jaringan. Bahkan, dengan cara door to door pun pernah mereka tempuh. Dalam pengembangan jaringannya, Sunaryo juga mengajak teman-teman seperjuangannya dahulu saat bekerja di bangunan untuk ikut bergabung dalam bisnis DBS ini.

Pulang ke kampung halaman di Ponorogo ketika berlebaran merupakan saat yang tepat bagi Sunaryo untuk melebarkan jaringan bisnis DBS. Mendapat penjelasan marketing plan DBS darinya, saudara tertuanya pun tertarik ikut menjalankan bisnis ini. Sejak itu, Sunaryo sering pulang pergi Bandung•Ponarogo untuk mambina jaringan. Selama empat bulan pertama, hampir empat kali is melakukan perjalanan pulang-pergi Bandung-1′onorogo menggunakan sepeda motor. Sungguh perjuangan yang luar biasa hebatnya. Kobaran semangat yang tumbuh dari dalam diri Sunaryo demi mewujudkan impiannya menjadi orang yang sukses membuat ia tidak memedulikan beratnya perjalanan yang ia tempuh selama 16-18 jam itu. Dangan kerja kerasnya yang ia lalui selama lima bulan menjalankan bisnis ini, Sunaryo sudah dapat meraih Bronze Entrepreneur saat itu, Sungguh luar biasa.

Saat menjalankan bisnis DBS di Ponorogo, Sunaryo sempat diinterogasi oleh intel dari kepolisian karena dianggap pengedar narkoba. Setelah menjelaskan duduk perkaranya, Wakapolres di Ponorogo justru merasa penasaran dan ingin mengetahui bisnis DBS lebih lanjut. Tidak lama setelah itu, Wakapolres itu pun ikut bergabung dalam bisnis DBS. Sungguh sebuah pengalaman menarik dan tidak akan pernah dilupakan saat Sunaryo memulai bisnis ini di Panorogo, Perkembangan pesat jaringannya di Ponorogo membuat Sunaryo lebih sering menetap di kota kelahirannya ini demi membina jaringannya agar lebih kuat dan solid. Iapun memutuskan untuk menghabiskan waktunya di Ponorogo. Sunaryo yang saat itu belum memiliki mobil berniat tidak akan kembali lagi ke Bandung aampai is berhasil memiliki

sebuah mobil. Hal ini ia utarakan kepada upline-nya, Suroto. Tidak lama setelah itu, hanya berselang sebulan, pada bulan ke-8, Sunaryo berhasil beli Mitsubishi Kuda yang sampai saat ini masih setia menemaninya beraktivitas. Semangatnya mengembangkan jaringan pun semakin membara. Alhasil, hanya dalam kurun waktu 11 bulan menjalankan bisnis DBS ni, Sunaryo sudah berhasil menempati posisi gold entrepreneur di DBS. Sungguh luar biasa, mantan seorang tukang bubur ayam, tukang bangunan, dan tukang nasi goreng tamatan SD telah menjadi orang yang sukses dalam waktu yang hanya sebentar. Semuanya itu hanya dapat is wujudkan di DBS yang dahsyat. Saat ini pun Sunaryo telah memiliki sebuah rumah di Bandung dan Ponorogo dari hasil kerja kerasnya selama ini di DBS.

Menurut beliau, segalanya akan terwujud jika dilakukan dengan kerja keras. Sungguh dahsyat sekali! •

(Dikutip dari : Majalah Go Freedom Edisi 02, Agustus September 2009)

JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :



Dikirim oleh Roedy pada 12.24. dan Dikategorikan pada , . Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas

PENGUNJUNG ONLINE


Bagi temen-temen yang ingin berpartisipasi dalam mengisi blog ini caranya gampang, tinggal kirim Datadiri Anda ke lintas@ymail.com.

Bagi temen - temen yang menginginkan wilayahnya mempunyai blog tersendiri, kami akan membuatkan blog sesuai nama daerah temen tinggal, asal temen - temen bersedia untuk mengisi blog yang temen minta.

Setiap Kontribusi akan sangat bermanfaat bagi kemajuan daerah kita, termasuk generasi saat ini dan yang akan datang.

Bila tulisan yang di kirim mengambil dari sumber lain, Jangan lupa sebutkan sumber tulisan secara lengkap berikut link asal tulisan tersebut.

Tulisan tidak berbau sara, hasutan, mengadu domba, maupun ponografi. Seluruh isi tulisan menjadi tanggung jawab sepenuhnya pengirim. blog ini hanya sebagai sarana untuk menyebarkan isi tulisan.

2010 Lintas PONOROGO. All Rights Reserved. - Designed by Lintas ponorogo